Terserah Allah
Sesekali aku
menengok ke belakang
Terkadang ke atas
Tak jarang ke bawah
Fisikku berjalan ke depan
Fisikku berjalan ke depan
Tetapi, pandangan mataku penuh
kekosongan
Sampai pada akhirnya
Aku berada pada
sebuah titik, dimana batinku berbicara
Terserah engkau
Terserah engkau ya Allah
Terserah engkau mau melakukan
apa dan untuk siapa
Kalau kau bertanya
kenapa aku?
Ada apa degan ku?
Jujur
Aku sendiri tidak tahu jawabannya
Seperti ada beban yang belum terlepas dalam pikiranku
Seperti ada beban yang belum terlepas dalam pikiranku
Seperti ada ke khawatiran yang
melanda batinku
Aku sudah
memikirkan tentang sesuatu itu
Tetapi, belum mampu
terucap oleh lisanku
Belum dapat
ter-ikhlaskan di batinku
Ini seperti ketakutan yang lain
Ini seperti ketakutan yang lain
Ketakutan, yang rasanya cuma aku
yang tahu
Dikala aku makan di
hadir
Dikala aku terdiam
dia hadir
Bahkan, dikala aku
berjalan dia hadir
Ketakutan, yang belum dapat aku ikhlaskan
Tetapi, dia seperti sudah memberi pertanda
Hatiku yang satu
berkataKetakutan, yang belum dapat aku ikhlaskan
Tetapi, dia seperti sudah memberi pertanda
Beri aku kesempatan
Satu kali lagi
Lima tahun lagi
Sepuluh tahun lagi
Sampai aku
mengikhlaskannya
Sementara, batinku yang satunya berkata
Terserah Allah
Terserah engkau, mau apa &
mau berbuat apa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar